Teacher Harmony Camp MIN 1 Banyuwangi dan MIN 1 Jember di Beach Forest Situbondo

*_Teacher Harmony Camp_ MIN 1 Banyuwangi dan MIN 1 Jember di _Beach Forest_ Situbondo*
Teacher Harmony Camp yang digelar oleh MIN 1 Banyuwangi berkolaborasi dengan MIN 1 Jember berlangsung di Beach Forest Situbondo pada Jumat–Sabtu, 19–20 September 2025. Acara yang dipandu oleh B. Wahidatul Istianah ini dibuka dengan pembacaan Ummul Kitab, lantunan ayat suci Al-Qur’an dan Sholawat Nabi oleh Kak Humaidi dari Jember, serta sambutan Kepala MIN 1 Banyuwangi. Kegiatan ini dirancang dengan suasana santai tanpa protokoler resmi, menghadirkan nuansa akrab antar guru dari dua kabupaten, Banyuwangi dan Jember Utara.
Pada kesempatan tersebut, Kepala MIN 1 Jember turut memberikan sambutan sekaligus salam Pramuka. Beliau juga menyampaikan ucapan selamat kepada P. Haris dari MIN 1 Banyuwangi yang tengah menempuh studi doktoral. Acara dilanjutkan dengan pembukaan resmi Teacher Harmony Camp oleh P. Haris yang kemudian diwarnai ice breaking oleh Kepala MIN 1 Jember dengan yel-yel “W Kasih O Kasih W”, sehingga suasana semakin cair. Uniknya, kegiatan api unggun dikemas tanpa api, melainkan menggunakan lampu dan kertas sebagai simbol ramah lingkungan.
Salah satu sesi utama adalah ngobrol santai tentang “Kurikulum Cinta”. P. Eko dari MIN 1 Banyuwangi menekankan bahwa kurikulum cinta sebenarnya telah dijalankan melalui praktik sederhana, seperti mengawali pembelajaran dengan doa, membimbing anak penuh kelembutan, dan menanamkan cinta kepada Allah SWT, Rasulullah, sesama manusia, serta lingkungan. Menurutnya, pendidikan cinta harus dimulai sejak dini, karena pendidikan pertama anak berasal dari seorang ibu dengan kasih sayang.
B. Kholifah dari MIN 1 Jember menambahkan bahwa kurikulum cinta menekankan keseimbangan antara pelajaran umum dan agama. Pendidikan berbasis pengalaman menjadi kunci agar anak tidak hanya menghafal, melainkan merasakan pembelajaran secara mendalam. Ia juga mengingatkan pentingnya mengelola emosi siswa agar tidak terjadi tantrum, perundungan, atau sikap menjatuhkan baik antar guru maupun siswa. Sementara itu, Sri Lestari dari Jember mengulas perjalanan kurikulum di Indonesia, mulai dari CBSA hingga Kurikulum Merdeka, dan menegaskan bahwa kurikulum berbasis cinta harus mampu meresapi nilai penghargaan, penghormatan, serta saling menyayangi di tengah tantangan era media sosial.
Diskusi semakin hidup ketika P. Eko menguraikan tujuan penting kurikulum cinta, seperti ramah anak, mengembangkan kecerdasan sosial-emosional, menumbuhkan toleransi, serta kepedulian lingkungan. Dalam sesi tanya jawab, B. Rohimah menanyakan cara mengukur cinta dalam pembelajaran, yang dijawab dengan penekanan pada indikator afektif dan kognitif: anak merasa dihargai, diterima, berempati, tidak takut, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dengan semangat kebersamaan, Teacher Harmony Camp menjadi ruang refleksi dan kolaborasi guru dalam mewujudkan pembelajaran bermakna, ramah anak, serta penuh cinta kasih. (Humas_Minsawangi)
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Berita Lainnya :
- SISWA MIN 1 BANYUWANGI SABET JUARA 1 LIGA PUISI 2025
- Empat Siswa MIN 1 Banyuwangi Siap Berlaga di Liga Puisi ke-4 Tahun 2025
- SISWA MIN 1 BANYUWANGI TAMPIL MEMUKAU DI FESTIVAL GANDRUNG SEWU 2025 BERTEMA “SELENDANG SANG GANDRUN
- Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIM MIN 1 Banyuwangi Berlangsung Tertib dan Demokratis
- Kampanye Visi Misi Calon Ketua dan Wakil Ketua OSIM MIN 1 Banyuwangi Berlangsung Meriah dan Penuh Se
Kembali ke Atas





